Kamis, 28 Maret 2013

Budi Pekerti Modal Utama Membangun Bangsa dan Negara

Budi Pekerti Modal Utama Membangun Bangsa dan Negara
Oleh Ahmadi (Ketua  Badko TKA-TPA Kab. Bantul)


Pendahuluan
Sebuah bangsa atau negara jika memiliki orientasi pembangunannya hanya bersifat fisik semata, maka terjadilah kahancuran bangsa atau negara tersebut. Kebahagian seseorang tidak ditentukan oleh melimpahnya harta, tetapi lebih disebabkan oleh ilmu sehingga seseorang dapat memandang dunia ini dengan sewajarnya. Orang yang berilmu tentu saja akan bertindak dengan benar. Sedangkan orang yang bodoh yaitu orang yang bertindak tanpa ilmu pengetahuan atau norma yang benar.
Seringkali kita jumpai orang yang banyak ilmu tetapi tidak mampu menerapkan dalam kehidupannya, sehingga banyak yang tersandung berbagai masalah hokum dan berbuat banyak kejahatan, sehingga dalam hal ini orang tersebut bertindak bodoh. Artinya walaupun seseorang memiliki ilmu tetapi ilmunya tidak menjadi bagian dari kepribadiannya. Ilmu hanya sebatas pengetahuan dan digunakan jika dianggap menguntungkan. Jika ilmu apalagi ilmu agama atau budi pekerti tidak menjadi bagian dari kepribadian seseorang, maka orang tersebut hanya bertindak berlandaskan hawa nafsu belaka; nafsu kekuasaan, nafsu terhadap wanita, nafsu kekayaan, nafsu kemashuran atau nafsu-nafsu yang lain. Jika hal ini terjadi maka akan membawa kehancuran sebuah bangsa atau negara. Lebih berbahaya lagi jika dimiliki oleh orang yang berpengaruh. Oleh karena itu membangun budi pekerti dan karakter menjadi sebuah kewajiban bersama seluruh bangsa dan negara.

Dunia Pendidikan Memiliki Peran Utama Membangun Budi Pekerti
Tugas dunia  pendidikan sangat jelas yaitu mencerdaskan bangsa; CERDAS  INTELEKTUALNYA, CERDAS EMOSINYA, CERDAS SPIRITUALNYA, CERDAS SOSIALNYA. Sudah semestinya pendidikan memberikan bekal kepada siswa atau murid berbagai karakter positif dan menjadi kepribadiannya. Pendidikan akan dikatakan berhasil jika menghasilkan output yang berkarakter positif dan kuat.
Tetapi ironisnya pendidikan saat ini justru tidak memberikan pendidikan sebagaimana mestinya. Contohnya jika guru memberikan nilai terhadap siswa nilai tersebut tidak memberikan gambaran nilai yang sebenarnya, lebih banyak yang palsu.  Anak yang semestinya tidak lulus diluluskan, anak yang bernilai kurang bagus dibuat bagus, sehingga dalam hal ini pendidikan yang dilakukan hanya kebohongan belaka. Anehnya lagi sivitas akademik sebagain hanya berpikir formalitas, maka nilai-nilai yang tercantum hanya sekedar nilai-nilai tulisan semata, tetapi tidak menggambarkan yang sebenarnya.
Jika di kemudian hari siswa berbuat tidak jujur maka hal ini sudah dimulai sejak di sekolah. Lebih aneh lagi, misal ada ujian terjadi pembiaran mencontek, kerja sama mengerjakan soal, maka jelas ini akan menghancurkan dunia pendidikan itu sendiri.
Sistem yang memaksa seorang guru member nilai yang tidak wajar, misalnya guru tidak boleh member nilai agama 6 terhadap anak. Jika guru member nilai enam, maka ditegur oleh Sang Kepala. Padahal jika anak memiliki penguasaan agama dan praktik agama yang jelek sudah sepantasnya mendapat nilai yang jelek, lebih kacau lagi ketika wali murid yang bersangkutan protes terhadap nilai anaknya.
Hal-hal tersebut di atas adalah fakta yang banyak kita temui dan tidak menjadi rahasia lagi. Dengan demikian sebenarnya dunia pendidikan kita perlu banyak pembenahan, jangan sampai justru dunia pendidikan kita yang menyiapkan manusia-manusia yang rusak budi pekertinya atau akhlaknya yang akan mewarisi bangsa dan negara ini.

Masyarakat Memiliki Andil yang Besar Membentuk Kepribadian
Masyarakat juga memiliki andil yang besar terhadap pembentukan karakter bangsa. Baik itu masyarakat dalam artiny manusianya, maupun masyarakat dalam arti komunitas-komunitas tertentu.
Jika seseorang memiliki komunitas tertentu biasanya memiliki watak tertentu juga sebagaimana komunitas tersebut, misal komunitas berambut gondrong, mau gak mau dia juga harus gondrong. Ada lagi komunitas orang-orang kaya, seperti kelompok penggemar mobil mewah, biasanya komunitas ini akan bersifat eksklusif yang mereka ini akan merasa berbeda atau merasa lebih unggul dari komunitas yang lain. Dengan banyaknya komunitas yang ada di masyarakat apalagi “komunitas yang tidak baik” yang biasanya membuat banyak masalah, baik antar komunitas atau masalah yang laiinya. Anehnya komunitas yang kurang baiklah yang banyak laku. Komunitas yang mengajak kepada kebaikan cenderung banyak ditinggalkan. Anak-anak kita lebih senang dengan berbagai kegiatan yang bersifat senang-senang terbukti misalnya jika ada konser mereka lebih mudah berkumpul bahkan di tengah-tengah malam, tidak hanya laki-laki bahkan perempuan yang belia yang jaman dulu dianggap tabu, kini menjadi menjadi pemandangan yang lumrah kita saksikan baik di masyarakat atay media televisi.
Kegiatan-kegiatan tersebut di atas akan melemahkan etos juang kaum muda kita, banyak dijumpai jika masyarakat kita tidak terpenuhi kebutuhannya buru-buru berbuat kejahatan atau menyalahkan orang lain, bahkan sekarang ini orang lebih mudah menyalahkan pemerintah, walaupun jika kita diamanati menduduki jabatan belum tentu mampu. Bahkan jabatan menjadi barang rebutan saat ini, mulai dari tingkat dusun sampai yang di atas, karena memiliki anggapan memiliki jabatan tertentu akan memberikan kesenangan hidupnya, walaupun dengan biaya yang besar jabatan selalu banyak dikejar orang. Masyarakat yang sedemikian rusak harus kita perbaiki bersama, sehingga masyarakat kita bergerak ke depan secara positif, jangan justru bergerak menuju kehancuran. Masyarakat yang baik jika dibangun oleh anggotanya yang baik dan system yang baik pula.

Penutup
Membentuk kepribadian bangsa atau budi pekerti bangsa  adalah tugas kita bersama baik keluarga, dunia pendidikan dan juga masyarakat secara keseluruhan, sehingga kita tidak dapat menyalahkan satu sama lainnya, yang terpenting adalah apakah andil yang dapat kita berikan untuk membangun bangsa ini.

Wallohu a’lam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar