Senin, 25 Maret 2013

Bagaimana TPA yang seharusnya



Bagaimana Ustadz TPA yang seharusnya ?

Oleh: Ahmadi



Menjadi ustadz TPA adalah sebuah panggilan hati, ustadz TPA adalah sebuah pekerjaan yang amat sangat mulia, karena akan mengantarkan anak-anak kita mendapatkan kebahagiaan yang hakiki, baik di dunia maupun di akhirat kelak.

Kehidupan seseorang membutuhkan tuntunan yang menjadi pedoman dalam menjalaninya. Oleh karena itu tugas ustadz adalah memberikan arahan kepada para santri sehingga kelak hidupnya akan memiliki arah yang jelas, serta santri tidak ragu dengan tujuan hidupnya.

Bagaimana menjadi ustadz TPA yang seharusnya ?

Ustadz TPA seharusnyalah memiliki bekal yang cukup untuk mendidik santri-santrinya. Dengan demikian dia tidak memberikan sesuatu yang keliru apalagi salah. Akibat dari kekeliruan seorang ustadz akan berakibat fatal bagi anak-anak. Misalnya seorang ustadz melakukan kesalahan di depan santri kemudian dicontoh oleh santrinya, hal ini akan menjadikan pembenaran bagi santri untuk melakukan yang sama, walaupun itu keliru. Oleh karena itu seorang ustadz harus ekstra hati-hati dalam berbagai hal.

Sering juga seorang ustadz melakukan kesalahan karena sesuatu yang dia tidak ketahui, maka seharusnyalah ustadz untuk belajar terus, membaca banyak kitab dan banyak referensi sehingga melakukan sesuatu dengan pertimbangan yang matang.

Seorang ustadz juga semestinya tidak mudah menyalahkan orang atau pendapat yang berbeda, karena hal ini akan membangun fanatisme yang salah. Dimana sering terjadi santri menyalahkan orangtuanya dan lebih percaya dengan gurunya daripada orang atau guru yang lain, padahal orang lain belum tentu salah. Mestinya guru memberikan wawasan yang luas kepada santrinya serta mendorong santrinya untuk lebih banyak belajar serta belajar kepada lebih banyak guru, sebab guru adalah manusia yang memiliki banyak keterbatasan. Bisa saja seorang guru mengetahui sesuatu tapi tidak mengetahui seperti yang diketahui orang lain. Artinya kita tidak boleh merendahkan orang lain karena bisa saja orang tersebut mengetahui apa yang tidak kita ketahui.

Seringkali ustadz memiliki santri yang bermasalah, oleh karena itu dalam menyelesaikan masalah semestinya ustadz mengedepankan penyelesaian yang logis serta manusiawi, jangan menggunakan pendekatan penyelesaian dengan kekerasan baik fisik atau non fisik, karena hal ini akan senantiasa diingat selama hidupnya oleh santri.

Di samping itu seorang ustadz seharusnya memiliki kesabaran dalam menghadapi santri-santrinya. Memang seorang ustadz memiliki tugas berat, dibutuhkan kesabaran yang tinggi, untuk membangun kesabaran seorang ustadz harus memiliki kekuatan batin, sehingga mampu menghadapi berbagai persoalan yang menghadang. Oleh karena itu sudah seharusnya seorang ustadz memiliki amaliah yang menjadikan dia dekat dan dicintai Allah SWT, sehingga Allah SWT senantiasa memasukkan spirit kehidupan baginya serta menguatkan keyakinannya.

Selanjutnya seorang jangan merasa menjadi orang super yang tahu segalanya dan dapat melakukan apa saja, untuk mencapai sesuatu seorang ustadz membutuhkan orang lain. Seorang ustadz adalah manusia biasa yang sering berbuat salah, oleh karena itu seorang ustadz juga harus mau meminta maaf kepada siapa saja jika melakukan kesalahan, bukan berarti membuat dirinya hina, tetapi mohon maaf justru akan menunjukkan kebesaran hatinya.

Demikian yang semoga bermanfaat, Aamiin.



“Hanya orang sabarlah yang akan mendapatkan kebahagiaan yang hakiki, hanya orang yang beriman dan berilmulah yang diangkat derajatnya, oleh karena itu bersabar, beriman dan berilmu bagi ustadz adalah sebuah keharusan.”



Disampaikan dalam pembinaan Ustadz TPA se kecamatan Jetis di TPA Blawong pada hari Ahad, tanggal 13 Maret 2013 Jam 13.00 - 14.30 WIB


Tidak ada komentar:

Posting Komentar