Rabu, 24 April 2013

Pandangan Terhadap Wanita



Pandangan Terhadap Wanita
Oleh : Ahmadi (Penyuluh Agama Islam Piyungan)


Pandangan Islam Terhadap Wanita

Dalam Islam wanita memiliki peran penting, baik sebagai individu, sebagai istri, sebagai ibu, maupun peran-peran yang lain. Bahkan dalam Al-Qur’an terdapat surat yang dinamakan An-Nisa (Wanita). Hal ini menunjukkan betapa pentingnya kedudukan wanita dalam Islam. Oleh karena itu Allah telah membekali wanita dengan petunjuk-Nya.
Sebagai individu wanita maupun laki-laki memiliki kedudukan yang sama di hadapan Allah SWT. Di hadapan Allah SWT hanya taqwa yang dapat membedakan, bukan jenis kelamin, ketampanan, kecantikan, keturunan, bahkan kebangsawanan seseorang tidak ada pengaruhnya terhadap kemuliaan seorang di hadapan Allah SWT sebagaimana Allah SWT berfirman dalam QS. Al-Hujurat 13 “ …… sesungguhnya yang paling mulia di hadapan Allah hanyalah yang bertaqwa….”
Allah SWT telah menciptakan wanita sedemikian rupa dengan kodrat dan tugasnya yang begitu mulia, sebagai ibu dan pendidik pertama bagi manusia. Manusia amat sangat dipengaruhi oleh ibu dalam pembentukan kepribadiannya. Oleh karena itu sebagai ibu, wanita juga harus memiliki ilmu yang memadai, sehingga dapat mendidik anak-anaknya dengan baik sebagaimana dalam sebuah hadits dinyatakan “Menuntut ilmu adalah wajib bagi muslim laki-laki dan muslim wanita.” (HR Abu Ya’la)

Peran Wanita Indonesia

Wanita Indonesia masa lampau, maupun masakini memiliki peran yang luar biasa dalam sejarah Indonesia, tidak hanya masa Kartini, tetapi jauh sebelum masa Kartini, wanita Indonesia terkenal sangat kuat dan teguh dalam memegang prinsip hidup dan kebaikan.
Dalam masa penjajahan sebut saja Nyi Ageng Serang Istri Pangeran Diponegoro yang begitu gigih bahu membahu bersama suaminya berjuang melawan kedzaliman penjajah Belanda yang sangat kurang ajar terhadap pribumi.
Dari bumi Aceh juga sangat terkenal, Cut Nya’ Din berjuang bersama suaminya Teuku Umar melawan kekejaman Belanda yang mencengkeram dengan kuat, tidak hanya menjajah secara fisik, tetapi juga berusaha menjajah secara budaya dan agama, sebut saja Snouk Hugronje yang dengan pura-pura masuk Islam dengan sebutan Abdul Ghaffar, menyesatkan umat Islam, sehingga umat Islam kendor dalam memperjuangkan agama dan kehidupannya, yang pada akhir hayatnya Snouk mati dalam keadaan kafir di Belanda.
Dalam masa penjajahan di Yogyakarta juga terdapat wanita yang bernama Siti Walidah yang di kemudian hari bernama Nyi Ahmad Dahlan juga memiliki peran yang tidak kecil dengan Aisyiyah-nya bersama suaminya berjuang memerdekakan wanita dari belenggu kebodohan dan kemiskinan, sehingga menampilkan wanita Indonesia yang berkemajuan.
Sebenarnya masih banyak contoh wanita Indonesia yang memiliki karakter kuat yang berjuang demi keluarga dan bangsanya, tetapi tidak kami tampilkan disini.

Wanita Sebagai Komoditas

Dalam masa modern maupun post modern banyak kita saksikan berbagai wanita yang berperan dalam pembangunan, tetapi ironisnya banyak wanita yang terjebak dengan kemajuan yang semu, sebab yang dikejar hanya bersifat materi maupun ketenaran semata tidak memperdulikan lagi kodratnya sebagai wanita maupun tidak lagi menjaga kehormatan sebagai wanita yang mulia.
Dalam dunia bisnis yang hanya mengejar materi banyak wanita hanya sebagai komoditas. Banyak  yang berprofesi sebagi model dengan mengumbar aurat mereka mencari uang, dan celakanya memang aurat yang dijual oleh pengusaha demi kelancaran bisnisnya. Jika kita perhatikan iklan-iklan baik di media cetak maupun elektronik banyak sekali menampilkan produk-produk yang selalu menyertakan model wanita, bahkan sampai iklan rokokpun selalu menampilkan wanita.
Memang tidak dipungkiri wanita merupakan makhluk yang memiliki daya tarik secara seksual/birahi bagi yang memandang. Hal inilah yang dimanfaatkan orang-orang tertentu untuk memasarkan produknya, sehingga seringkali sebenarnya orang tidak tertarik akan produk, tetapi karena disamping ada wanita yang “cantik” sehingga meng”hipnotis” seseorang membeli produk tersebut.
Di sisi lain banyak wanita yang “dijual” dalam dunia kerja dengan mendapatkan gaji yang begitu murah, sehingga keuntungan besar bagi pengusaha. menampilkan wanita. Apalagi banyak wanita yang dipekerjakan sebagai pekerja seksual komersial (PSK), dalam hal secara nyata wanita sebagai komoditas.
Tetapi aneh bin ajaib, banyak wanita kita yang tidak merasa sebagai komoditas bahkan sebagai bangga karena merasa dirinya wanita karir yang memiliki penghasilan sendiri, bahkan penghasilannya kadang melebihi penghasilan suaminya.

Menjadi Wanita yang Seharusnya
Memang sulit menjadi makhluk yang bernama “Wanita”. Kehidupan menuntut banyak terhadap wanita baik sebagi individu anggota masyarakat, sebagai istri, maupun ibu bagi anaknya. Oleh karena itu seharusnya wanita kembali kepada perannya yang utama sebagi ibu. Boleh saja wanita bekerja, tetapi mestinya memperhatikan kodratnya sebagai wanita dan tetap dapat menjaga kehormatannya, serta menghindari fitnah-fitnah yang akan selalu menyertai kehidupan seorang wanita.

Renungan


Pahlawan adalah orang yang memberi banyak kepada orang banyak dan menerima sedikit.
Pahlawan adalah orang yang bekerja dan berkarya melebihi dari imbalan yang ia terima.
Pahlawan tidak terletak pada pengakuan baik dari orang lain apalagi diri sendiri, terletak pada karya yang dapat memberi manfaat kepada orang banyak, apakah orang mengakui maupun tidak mengakui.
Pendidikan yang berhasil akan melahirkan banyak pahlawan, pendidikan yang gagal apabila hanya menghasilkan para pencundang yang hanya memikirkan keuntungan diri pribadi.
Pahlawan adalah orang yang memadukan antara ide, ilmu dan keberanian dalam mengambil keputusan dan tindakan dalam meraih ridlo-Nya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar