Pandangan Terhadap
Wanita
Oleh : Ahmadi
(Penyuluh Agama Islam Piyungan)
Pandangan
Islam Terhadap Wanita
Dalam Islam wanita
memiliki peran penting, baik sebagai individu, sebagai istri, sebagai ibu,
maupun peran-peran yang lain. Bahkan dalam Al-Qur’an terdapat surat yang
dinamakan An-Nisa (Wanita). Hal ini menunjukkan betapa pentingnya kedudukan
wanita dalam Islam. Oleh karena itu Allah telah membekali wanita dengan
petunjuk-Nya.
Sebagai individu
wanita maupun laki-laki memiliki kedudukan yang sama di hadapan Allah SWT. Di
hadapan Allah SWT hanya taqwa yang dapat membedakan, bukan jenis kelamin,
ketampanan, kecantikan, keturunan, bahkan kebangsawanan seseorang tidak ada
pengaruhnya terhadap kemuliaan seorang di hadapan Allah SWT sebagaimana Allah
SWT berfirman dalam QS. Al-Hujurat 13 “ …… sesungguhnya yang paling mulia di
hadapan Allah hanyalah yang bertaqwa….”
Allah SWT telah
menciptakan wanita sedemikian rupa dengan kodrat dan tugasnya yang begitu
mulia, sebagai ibu dan pendidik pertama bagi manusia. Manusia amat sangat
dipengaruhi oleh ibu dalam pembentukan kepribadiannya. Oleh karena itu sebagai
ibu, wanita juga harus memiliki ilmu yang memadai, sehingga dapat mendidik
anak-anaknya dengan baik sebagaimana dalam sebuah hadits dinyatakan “Menuntut
ilmu adalah wajib bagi muslim laki-laki dan muslim wanita.” (HR Abu Ya’la)
Peran
Wanita Indonesia
Wanita Indonesia masa
lampau, maupun masakini memiliki peran yang luar biasa dalam sejarah Indonesia,
tidak hanya masa Kartini, tetapi jauh sebelum masa Kartini, wanita Indonesia
terkenal sangat kuat dan teguh dalam memegang prinsip hidup dan kebaikan.
Dalam masa penjajahan
sebut saja Nyi Ageng Serang Istri Pangeran Diponegoro yang begitu gigih bahu
membahu bersama suaminya berjuang melawan kedzaliman penjajah Belanda yang
sangat kurang ajar terhadap pribumi.
Dari bumi Aceh juga
sangat terkenal, Cut Nya’ Din berjuang bersama suaminya Teuku Umar melawan
kekejaman Belanda yang mencengkeram dengan kuat, tidak hanya menjajah secara
fisik, tetapi juga berusaha menjajah secara budaya dan agama, sebut saja Snouk
Hugronje yang dengan pura-pura masuk Islam dengan sebutan Abdul Ghaffar,
menyesatkan umat Islam, sehingga umat Islam kendor dalam memperjuangkan agama
dan kehidupannya, yang pada akhir hayatnya Snouk mati dalam keadaan kafir di
Belanda.
Dalam masa penjajahan
di Yogyakarta juga terdapat wanita yang bernama Siti Walidah yang di kemudian
hari bernama Nyi Ahmad Dahlan juga memiliki peran yang tidak kecil dengan
Aisyiyah-nya bersama suaminya berjuang memerdekakan wanita dari belenggu
kebodohan dan kemiskinan, sehingga menampilkan wanita Indonesia yang
berkemajuan.
Sebenarnya masih
banyak contoh wanita Indonesia yang memiliki karakter kuat yang berjuang demi
keluarga dan bangsanya, tetapi tidak kami tampilkan disini.
Wanita
Sebagai Komoditas
Dalam masa modern
maupun post modern banyak kita saksikan berbagai wanita yang berperan dalam
pembangunan, tetapi ironisnya banyak wanita yang terjebak dengan kemajuan yang
semu, sebab yang dikejar hanya bersifat materi maupun ketenaran semata tidak
memperdulikan lagi kodratnya sebagai wanita maupun tidak lagi menjaga
kehormatan sebagai wanita yang mulia.
Dalam dunia bisnis
yang hanya mengejar materi banyak wanita hanya sebagai komoditas. Banyak yang berprofesi sebagi model dengan mengumbar
aurat mereka mencari uang, dan celakanya memang aurat yang dijual oleh
pengusaha demi kelancaran bisnisnya. Jika kita perhatikan iklan-iklan baik di
media cetak maupun elektronik banyak sekali menampilkan produk-produk yang
selalu menyertakan model wanita, bahkan sampai iklan rokokpun selalu
menampilkan wanita.
Memang tidak
dipungkiri wanita merupakan makhluk yang memiliki daya tarik secara
seksual/birahi bagi yang memandang. Hal inilah yang dimanfaatkan orang-orang tertentu
untuk memasarkan produknya, sehingga seringkali sebenarnya orang tidak tertarik
akan produk, tetapi karena disamping ada wanita yang “cantik” sehingga
meng”hipnotis” seseorang membeli produk tersebut.
Di sisi lain banyak
wanita yang “dijual” dalam dunia kerja dengan mendapatkan gaji yang begitu
murah, sehingga keuntungan besar bagi pengusaha. menampilkan wanita. Apalagi
banyak wanita yang dipekerjakan sebagai pekerja seksual komersial (PSK), dalam
hal secara nyata wanita sebagai komoditas.
Tetapi aneh bin ajaib,
banyak wanita kita yang tidak merasa sebagai komoditas bahkan sebagai bangga
karena merasa dirinya wanita karir yang memiliki penghasilan sendiri, bahkan
penghasilannya kadang melebihi penghasilan suaminya.
Menjadi
Wanita yang Seharusnya
Memang sulit menjadi
makhluk yang bernama “Wanita”. Kehidupan menuntut banyak terhadap wanita baik
sebagi individu anggota masyarakat, sebagai istri, maupun ibu bagi anaknya.
Oleh karena itu seharusnya wanita kembali kepada perannya yang utama sebagi
ibu. Boleh saja wanita bekerja, tetapi mestinya memperhatikan kodratnya sebagai
wanita dan tetap dapat menjaga kehormatannya, serta menghindari fitnah-fitnah
yang akan selalu menyertai kehidupan seorang wanita.
Renungan
Pahlawan adalah orang yang
memberi banyak kepada orang banyak dan menerima sedikit.
Pahlawan adalah orang yang
bekerja dan berkarya melebihi dari imbalan yang ia terima.
Pahlawan tidak terletak pada
pengakuan baik dari orang lain apalagi diri sendiri, terletak pada karya yang
dapat memberi manfaat kepada orang banyak, apakah orang mengakui maupun tidak
mengakui.
Pendidikan yang berhasil
akan melahirkan banyak pahlawan, pendidikan yang gagal apabila hanya
menghasilkan para pencundang yang hanya memikirkan keuntungan diri pribadi.
Pahlawan adalah orang yang
memadukan antara ide, ilmu dan keberanian dalam mengambil keputusan dan
tindakan dalam meraih ridlo-Nya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar