Sabtu, 16 Maret 2013

Profesionalitas Da'i



“SIKAP PROFESIONAL DA’I”
Oleh : Ahmadi

Bagaimanakah sikap yang seharusnya dimiliki oleh seorang muballigh atau seorang da’i ?

Sikap yang harus dilakukan sebagai seorang pendakwah ada tiga macam yaitu, :
1.      Harus selalu meningkatkan kadar keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT.
2.   Harus selalu berupaya menjalin hubungan yang baik dan harmonis dengan masyarakat, maupun hubungan sejawat dengan sesama muballigh.
3.      Harus selalu siap sedia berjihad di medan dakwah, seberat apapun yang harus dilakukan.

Akhlaq Muballigh/Da’i
Akhlaq seorang muballigh akan selalu diperhatikan oleh masyarakat. Oleh karena itu seorang da’i harus benar-benar ekstra hati-hati dalam melakukan sesuatu baik ketika ia menyampaikan dakwahnya, maupun ketika di luar kegiatan dakwah secara resmi. Sebab apapun gerak-gerik seorang muballigh, juga mengandung unsur dakwah dan contoh bagi masyarakat.
Seorang muballigh untuk senantiasa istiqomah dalam ketaatan kepada Allah SWT, karena ketaatan dan keistiqomahan inilah yang nantinya dapat membawa keberhasilan dakwah. Dia akan dapat berbuat tersebut, jika memang dilandasi dengan keikhlasan yang tinggi…

Pentingnya Lembaga Dakwah
Selanjutnya seorang muballigh tidak dapat bekerja sendiri dalam dakwahnya. Dia memerlukan peran serta dari berbagai pihak, demi berlangsungnya dakwah. Di samping itu seorang muballigh adalah manusia biasa yang penuh dengan keterbatasan, sehingga bantuan baik pemikiran, saran, kritik dan bantuan bentuk lain diperlukan seorang muballigh. Oleh karena itu dalam hal ini masyarakatpun harus tahu akan kebutuhan seorang muballigh baik segi materi/ekonomi, atau kebutuhan peningkatan profesionalitas da’i.
Sering kali masyarakat kurang peduli dengan kepentingan seorang muballigh sebagai manusia. Kebanyakan masyarakat menuntut supaya seorang muballigh harus dapat memberikan contoh dalam segala hal. Oleh karena itu dalam masyarakat orang yang mau terjun dalam dunia dakwah sangat sedikit sekali, bahkan banyak lulusan Perguruan Tinggi Agama banyak yang enggan melakukan aktivitas dakwah. Karena mungkin tidak terlalu menjanjikan secara materi. Dalam masyarakat seolah-olah muballigh terkesan sebagai pekerjaan bagi para pengangguran. Apalagi sebagai ustadz TKA-TPA, kebanyakan hanya untuk menunggu waktu mendapat pekerjaan, atau menunggu nikah bagi ustadzah. Dakwah dengan begitu tidak berjalan lancar, karena masyarakat sendiri kurang menghargai profesi ini.
Disinilah penting adanya suatu lembaga dakwah, dimana masyarakat secara umum dapat berperan serta dalam dinamika dakwah. Bagi para aghniya’  (kalangan kaya) dapat menyumbangkan sebagian kekayaannya, sehingga para aktivis dakwah tidak terlalu terbebani masalah transport, dan biaya akomodasi lainnya. Sebab banyak para aktivis yang di samping pelaku dakwah itu sendiri. Memang kebanyakan masyarakat maunya tinggal menerima dakwah dan gratis. Padahal kalau kita mau berpikir sejenak bahwa menerima atau melakukan sesuatu pada hakekatnya tidak ada yang gratis. Oleh karena itu lembaga dakwah memiliki tugas mengkoordinasikan dan memenej kegiatan dakwah baik segi kegiatan maupun pendanaannya.
Dalam QS. Ash-Shaff ayat 11 : “Hendaklah kamu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, serta berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.”

Sinergi Dan Kerjasama Antar Posisi
Di samping memerlukan pembiayaan dakwah juga membutuhkan kerjasama dalam masyarakat, sebagaimana dalam sebuah hadits Nabi Muhammad SAW bersabda: “Jika kamu melihat kemungkaran, maka rubahlah dengan tanganmu (kekuasaanmu), jika tidak mampu maka dengan lisanmu,dan jika tidak mampu dengan hatimu: (HR. Bukhari)
Jadi disinilah sesungguhnya dakwah bukanlah pekerjaan melulu seorang da’i, tetapi pekerjaan semua pihak sesuai dimana dia berada pada kedudukan apa saja. Karena pada hakekatnya Islam merupakan agama dakwah, sehingga setiap diri muslim dia adalah seorang muballigh atau da’i.
Bagi yang memiliki tangan atau kekuasaan, maka dia harus memanfaatkan kekuasaanya itu untuk kepentingan dakwah Islamiyah. Bagi yang mempunyai kepandaian berbicara maka dapat menggunakan lisannya berdakwah. Sedangkan bagi yang tidak memiliki keduanya, maka dengan hatinya. Maksudnya supaya dia selalu berdoa agar dakwah dapat berjalan dengan baik, dan mau mendoakan orang-orang yang berbuat mungkar, supaya kembali ke jalan kebenaran.
Kesiapan Mental Dan Fisik
Kesiapan mental dan fisik ini sangat dibutuhkan oleh seorang da’i. Karena medan dakwah bukan suatu bidang yang ringan, yang membutuhkan pemikiran, jiwa yang sabar, serta fisik yang kuat. Jika hal itu tidak dimiliki para muballigh, maka dakwah tidak dapat berjalan secara optimal.
Kesiapan mental dapat berupa dengan mempertebal rasa percaya diri, caranya dengan meningkatkan wawasan, pengetahuan. Baik pengetahuan agama maupun umum. Di samping itu dakwah bukanlah pekerjaan asal-asalan, sehingga da’i pun harus membekali ketrampilan teknis, baik itu tentang manajemen dakwah, retorika, psikologi, maupun ilmu-ilmu pendukung yang lain. Jangan sampai seorang muballigh hanya mempunyai wawasan yang dangkal, sehingga nantinya sasaran dakwah (mad’u) bosan dan meninggalkan, ataupun jika tidak demikian dakwah tidak lagi memiliki daya rubah masyarakat. Masyarakat tidak lagi dinamis ke arah kebaikan, akan tetapi statis atau justru merosot derajat keberagamaannya.
Banyak terjadi kesalahpahaman di kalangan masyarakat tentang agama, sehingga timbul sekte-sekte dalam masyarakat yang antara satu dengan yang lainnya saling menyalahkan dan bermusuhan. Hal ini bermula dari adanya wawasan sempit da’i, sehingga memandang bahwa dialah yang paling benar dan terbaik. Kemudian timbullah eksklusifisme dalam masyarakat, mereka tidak mau bergaul layaknya anggota masyarakat yang lain.
Pengetahuan umumpun memiliki makna penting, karena sebenarnya dakwah harus dapat memasuki semua bidang kehidupan. Artinya bahwa semua profesi haruslah dibimbing dengan moralitas agama, sehingga jangan sampai ada satu bidangpun terlepas dari jangkauan dakwah. Karena bidang satu dan yang lain saling berkaitan.
Seorang muballigh di samping memiliki pengetahuan dan wawasan yang cukup, juga perlu menjaga kesehatan fisiknya. Karena dakwah memerlukan tenaga dan ketahanan tubuh yang prima. Sehingga perlu menjaga pola makan, istirahat serta olah raga yang cukup. Tidak lucu kalau seorang muballigh sakit-sakitan. Dakwah adalah medan jihad yang memerlukan orang-orang yang kuat mental dan fisik.

Komitmen Terhadap Dakwah
Dalam masyarakat yang serba canggih dan modern, tantangan hidup tidak semakin ringan. Begitupun tantangan dakwah juga semakin beragam dan berat. Oleh karena itu sikap komitmen terhadap dakwah ini harus dimiliki  oleh insan-insan muballigh. Mengapa demikian? Karena banyak juga terjadi seseorang yang memposisikan dirinya sebagai seorang muballigh hanya untuk batu loncatan, atau hanya demi kepentingan duniawi.
Ada sebagaian da’i setelah mencapai ketenaran kemudian menjadikan dirinya untuk memiliki nilai komersial lebih tinggi, dengan dalih profesionalitas. Di lain tempat ada juga seorang muballigh berusaha meraih jabatan publik dengan memanfaat nama yang sudah banyak dikenal, dengan harapan dukunganpun akan banyak.
Apakah seorang muballigh atau da’i tidak boleh memiliki jabatan duniawi? Tentu saja boleh, di sini yang diperlukan adalah komitmen dia terhadap perjuangan dakwah Islamiyah. Mengapa demikian? Karena banyak para muballigh  yang beralih atau merangkap jabatan, maka kebanyakan di antara mereka kemudian disibukkan oleh jabatan barunya.
Seharusnya dengan adanya jabatan yang dia miliki semakin besar komitmennya dalam kegiatan dakwah, jika waktu sudah tidak memungkinkan lagi, setidaknya dalam lingkungannya dakwah tetap dijalankan dan nama besar dirinya dapat dimanfaatkan untuk kepentingan dakwah, ataupun dana yang dia punyai dapat dialokasikan sebagian untuk kepentingan dakwah. Dengan demikian dakwah akan dapat berjalan di semua lini bidang kehidupan.

Bersahabat Dengan Semua Kalangan
Hal ini harus dipunyai oleh seorang da’i. Karena seorang da’i mau tidak mau harus berjumpa dan berhubungan dengan semua kalangan. Bersikap sahabat terhadap mereka semua adalah sesuatu yang harus dilakukan. Karena seseorang tidak akan mau menerima nasehat atau dakwah agama, jika dia agama mengambil sikap sebagai musuh. Meskipun dalam hal-hal tertentu mungkin sedikit banyak ada perbedaan sifat dan sikap.
Demikianlah beberapa hal yang semestinya menjadi sikap dan kepribadian seorang muballigh ataupun da’i. Semoga diri kita termasuk muballigh atau da’i yang mampu membawakan risalah agama Islam  dengan sebaik-baik dan sebenar-benarnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar