Rabu, 13 Maret 2013

Terjebak Dalam Budaya Hura-hura





Text Box: Buletin Penyuluh Agama Islam Piyungan

 
“Menebar rahmah dengan jalan dakwah bil hikmah”

Edisi Bulan Januari 2012










 
Sajian Spesial Pijar

Terjebak Dalam Budaya “Hura-Hura”
Oleh  : Ahmadi

Allah SWT berfirman :” ….Sesungguhnya janji Allah adalah benar, maka janganlah kamu diperdaya oleh kehidupan dunia, dan janganlah penipu memperdaya kamu untuk mentaati Allah.” (QS. Luqman 31)
Ketika tahun baru datang, kita saksikan dimana-mana banyak diantara kita yang berpesta pora merayakan tahun baru. Kegiatan yang bersifat hura-hura tersebut sudah tentu terjadi pemborosan, padahal pemborosan adalah termasuk perbuatan syetan, sebagaimana Allah berfirman dalam QS. Al-Isra’ 27 : “Sesungguhnya orang-orang yang berbuat boros adalah saudara syetan, padahal syetan terhadap tuhannya adalah ingkar.”
Kaum muda kita banyak yang terjebak dalam budaya yang penting senang, yang penting nikmat. Mereka sudah banyak yang kehilangan jati diri sebagai seorang  muslim, mereka mengaku beragama Islam tetapi kehidupannya jauh dari nilai-nilai Islam.
Jika kita perhatikan tahun baru tempat mana yang banyak dikunjungi, tentunya tempat-tempat wisata, padahal perayaan tahun baru biasanya dirayakan pada tengah malam jam 12.00 malam. Tentu hal ini lebih banyak maksiat yang terjadi. Bagaimana mungkin seorang wanita dan laki-laki yang sudah tentu bukan saudara, bukan suami istri malam-malam pergi, tentu hal tersebut hanya akan “pacaran”.
Mestinya ketika tahun baru datang kita sadari bahwa umur kita secara kuantitas bertambah, tetapi secara jatah umur kita akan habis. Sehingga mestinya tahun baru kita bermuhasabah agar tahun depan kita dapat berbuat yang lebih baik.
Saat ini sangat jarang kita mendengar muda-mudi yang berbuat untuk kemajuan masyarakat, lebih banyak mereka berbuat yang mereka suka atau yang mereka anggap menguntungkan. Banyak yang terjerumus kedalam kemaksiatan. Apalagi jika kita melihat data nikah di KUA banyak sekali terjadi pernikahan hamil dahulu. Tentu ini adalah gambaran buram generasi muda kita yang menjadi “PEKERJAAN RUMAH” kita bersama terlebih penyuluh agama Islam secara keseluruhan.
Orang tua memiliki tanggung jawab yang besar terhadap putra-putrinya dalam membimbing dalam dunia pergaulan. Seringkali terjadi pembiaran para orang tua menyaksikan putra-putrinya bergaul bebas. Padahal pergaulan bebas hanya akan membawa nama buruk bagi orang tuanya atau masyarakat sekitarnya.
Saat ini jika kita saksikan di media masa terutama media elektronik banyak menayangkan acara yang mengumbar nafsu. Bisa kita saksikan di tengah-tengah malam acara siaran langsung, padahal disaksikan para kawula muda-mudi dengan pakaian yang serba minim. Kita gak habis pikir mereka datang menyaksikan acara langsung tengah malam apa mereka dapat ijin dari orang tua. Hal ini yang menjadi keprihatinan kita ternyata tidak hanya anak muda, tetapi orang tua mereka juga kurang atau tidak memiliki tanggung jawab menyelamatkan moral anak-anak mereka.
Aneh bin ajaib, anak muda saat ini jika diberi nasehat oleh guru, kyai, ustadz, bahkan oleh orang tua mereka sendiri yang memberi makan dan mencukupi kebutuhan mereka, mereka tidak mematuhi, seakan-akan mereka sudah tahu apa yang terbaik baginya padahal jelek baginya. Sebagaimana Allah juga berfirman:”Mungkin saja kamu menyukai sesuatu padahal sesuatu tersebut buruk bagi kamu, mungkin saja kamu membenci sesuatu padahal sesuatu tersebut baik bagi kamu.” (QS. Al-Baqarah 216)
Agama adalah nasehat bagi manusia, seringkali sebagian kita memiliki anggapan bahwa agama adalah teori-teori masa lalu. Padahal agama datang dalam rangka untuk memberikan petunjuk kepada manusia bagaimana seharusnya dia menjalani hidup di dunia. Dalam rangka untuk mendapatkan kebahagiaan yang hakiki yang selamanya sampai di kehidupan selanjutnya.
Banyak di antara kita yang memiliki paham materialisme, mereka menganggap materilah yang dapat membawa kebahagian, sehingga ritual-ritual agama yang mereka anggap tidak menghasilkan secara materi tidak mereka laksanakan. Padahal materi mereka juga memahami bersifat fana/sementara yang hanya akan membuat mereka sengsara.
Terjadinya kasus-kasus korupsi, ketidakadilan, manipulasi adalah gambaran bahwa banyak diantara kita yang kehidupannya memiliki keterikatan dengan materi sangat tinggi, sehingga seakan-akan dia tidak bisa hidup tanpa materi atau uang yang cukup. Seakan-akan materi yang menghidupi mereka, mereka meninggalkan Tuhan. Padahal Tuhanlah yang mencipta materi.
Manusia memiliki dua unsur utama yaitu Jasmani dan Ruhani. Sudah semestinya keduanya harus mendapat perhatian kita, jika kita hanya terikat oleh materi, maka kehidupan manusia tak ubahnya hewan.
Hewan tidak memiliki amanat mengabdi kepada Zat yang Maha Kuasa, sehingga hewan hanya bersifat materi yang tidak dimintai pertanggung jawaban. Manusia adalah makhluk yang paling mulia, karena memiliki tanggung jawab yang besar dalam memakmurkan bumi.
Memakmurkan bumi bukan berarti berbuat hura-hura yang memboroskan harta, waktu. Memakmurkan bumi adalah meciptakan peradaban yang mensejahterakan kehidupan manusia.
Wallohu a’lam.

KISAH

Alkisah, pada jaman dahulu ada seorang rahib yang sangat terkenal tekun beribadah, suatu saat ada seorang gadis mampir di biara rahib tersebut karena kehujanan. Gadis tersebut tiba-tiba menanggalkan seluruh pakaiannya karena kedinginan. Hal tersebut disaksikan oleh rahib tersebut, tergetarlah hati rahib tersebut sehingga timbul nafsu birahinya, maka terjadilah gejolak hati rahib.
Syetan membisiki:”Ini saatnya rahib menikmati tubuh seorang gadis, dan tidak aka nada orang yang mengetahui.”
Rahib berkata dalam hatinya: “Ini adalah kesempatan, tetapi apakah aku kuat akan siksa api neraka?”
Kemudian rahib memegang bara api jika dia kuat menahan bara api, maka dia akan menikmati tubuh gadis tersebut. Ternyata rahib tersebut tidak kuat menahan bara api, sehingga berteriak kesakitan.
Mendengar teriakan rahib gadis tersebut meninggal dunia. Rahib bingung, kemudia gadis tersebut dikuburkan di belakang biara.
Selanjutnya tersebar kabar di masyarakat, bahwa rahib yang selama ini dikagumi oleh masyarakat ternyata telah memperkosa seorang gadis dan membunuhnya.
Selanjutnya rahib tersebut ditangkap dan diserahkan kepada raja untuk diadili.
Karena kejadian tersebut tidak ada seorang saksipun, maka pengadilan tidak dapat dilaksanakan, tetapi masyarakat tidak mau menerima kejadian tersebut, maka kemudian gadis yang telah mati dijadikan alat bukti di pengadilan. Lalu terjadilah kejadian luar biasa, gadis tersebut bangun dan menceritakan kejadian yang sesungguhnya. Bahwa dia mati bukan karena diperkosa oleh rahib tersebut, tetapi karena dia kaget mendengar teriakan rahib yang memegang bara api.
Setelah kejadian itu, gadis tersebut mati lagi. Beberapa saat kemudian rahib juga menyusul meninggal dunia.  Akhirnya dalam kisah tersebut Allah mempersatukan rahib dengan gadis tersebut di alam selanjutnya, sebagai balasan atas keteguhan hati sang rahib.

Kontemplasi
Tahun Baru

Ketika kita meninggalkan sesuatu, seringkali kita merasakan susah, tetapi ketika tahun kita tinggalkan banyak diantara kita yang bersuka ria, pesta pora seakan akan hidup selamanya, padahal jatah hidup semakin berkurang.
Ketika kita masuk tahun baru banyak diantara kita berhura-hura, padahal tahun baru menuntut kita tanggung jawab untuk berbuat yang bermanfaat, jika kita berbuat yang tidak bisa dipertanggung jawabkan akan mendapat laknat.
Tahun baru semestinya menjadikan kita tambah semangat dalam menciptakan karya-karya yang berguna bagi nusa dan bangsa serta agama. Bukan malahan merugikan diri sendiri keluarga dan bangsa.
“SELAMAT TAHUN BARU 2012,” teriring doa, semoga kita senantiasa dalam bimbinganNya.

Buletin PIJAR

Penasehat
Dewan Redaksi
Layout
Alamat
: Kepala KUA Kecamatan Piyungan
: Ahmadi, Ani Muzayaroh, S.Ag, Nuraeni, S.Ag.
: Adi’s Grafis
: KUA Piyungan, Piyungan Srimartani Piyungan Bantul YK